DIKSI (PEMILIHAN KATA)
PENGERTIAN DIKSI
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Diksi dalam arti aslinya dan
pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis
atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi
kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami
hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Fungsi dari diksi antara lain :
- Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
- Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi
terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata
benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
Macam macam hubungan makna :
- Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
- Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
- Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
- Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
- Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
- Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
- Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
- Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
Makna
Denotasi
Makna
Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau
sesuai dengan makna kamus.
Contoh
:
Adik
makan nasi.
Makan
artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Makna
Konotasi
Kalau
makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi
merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Terkadang
banyak eksperts linguistik di Indonesia mengatakan bahwa makna konotasi adalah
makna kiasan, padahal makna kiasan itu adalah tipe makna figuratif, bukan makna
konotasi. Makna Konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian
hanya digunakan oleh suatu komunitas tertentu. Misalnya Frase jam tangan.
Contoh:
Pak
Slesh adalah seorang pegawai kantoran yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia
selalu disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Pada saat rapat kerja, salah satu
kolega yang hadir melihat kinerja beliau dan kemudian berkata kepada sesama
kolega yang lain “Jam tangan pak Slesh bagus yah”.
Dalam
ilustrasi diatas, frase jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti
sebenarnya disiplin. Namun makna ini hanya diketahui oleh orang-orang yang
bekerja di kantoran atau semacamnya yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh
diatas, Jam Tangan memiliki Makna Konotasi Positif karena sifatnya memuji
Makna
konotasi dibagi menjadi 2 yaitu konotasi positif merupakan kata yang
memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, dan konotasi negatif
merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.
• Plilihan kata atau diksi mencakup
pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu
situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan
kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Diksi memiliki beberapa bagian;
pendaftaran – kata formal atau informal dalam konteks sosial – adalah yang
utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat
menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang
berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara
penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter
yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan
sintaks.
Selain itu juga Diksi, digambarkan
dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan
dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau
kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Jika dilihat dari kemampuan pengguna
bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
- Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
- Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
- menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif
KESESUAIAN DIKSI
Perbedaan ketepatan dan kecocokan
pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan
tertentu, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan
tata bahasa,pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa
segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah
kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah
kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
Syarat-Syarat Kesesuaian Diksi
Syarat-syarat kesesuaian diksi
adalah sebagai berikut:
- Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
- Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
- Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
- Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
- Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
- Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
- Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial.
Hal-hal tersebut akan diuraikan
lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini :
1.
Bahasa Standar dan Sub Standar
Bahasa standar adalah semacam bahasa
yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis
atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini
meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang,
guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.
Bahasa non stsndar adalah bahasa
dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa
ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur
ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor.
Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah
bahasa standar. Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar.
Bahasa non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan
umum.
2.
Kata Ilmiah dan Kata Populer
Pilihan kata dalam hubungan dengan
kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori
salah satunya adalah kata-kata ilmiah melawan kata-kata populer. Bagian
terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum yang
dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau
rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer. Kata-kata ini juga
dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan
dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Contoh:
Kata populer kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan konklusi
3.
Jargon
Kata jargon mengandung beberapa
pengertian. Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap
kurang sopan atau aneh tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam
bahasa atau dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan
sekaligus dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca. Jargon
diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau
kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang
khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran
yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam
sebuah tulisan umum.
4.
Kata Percakapan
kata percakapan adalah kata-kata
yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik.
Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan
bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud
disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-kata percakapan
mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan
terpelajar.
5.
Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non
standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam
percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap yang
disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan
terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.
6.
Idiom
Idiom adalah pola struktural yang
menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase,
sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada
makna kata-kata yang membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah
mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa makan
tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju
atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan
seperti: makan garam, makan hati, dan senagainya.
7.
Bahasa Artifisial
Yang dimaksud dengan artifisial
adalah bahasa yang disusun secara seni.
Fakta dan pernyataan-pernyataan yang
sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu
disembunyikan.
Artifisial : Ia mendengar kepak
sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan,
karena angin kepada kemuning.
Ia mendengar resah kuda serta
langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan
bima sakti yang jauh.
Biasa :Ia mendengar bunyi sayap
kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
Ia mendengar derap kuda dan pedati
ketika langit mulai terang.
Fungsi dari diksi antara lain :
- Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
- Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi terdiri dari delapan elemen
yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi,
dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
1.
Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki
persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase,
atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
2.
Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata,
frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan
lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim
dengan kata kecil.
3.
Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa
(terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata
kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada
manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan,
seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang
berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
4.
Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya
telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau
kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan.
Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol
termasuk makna ikan.
5.
Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup
makna kata lain.
6.
Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki
kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
7.
Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki
bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8.
Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki
tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
Sebelum menentukan pilihan kata,
penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi
makna :
•Makna sebuah kata / sebuah kalimat
merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer,
1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
- Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
- Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
- Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
- Makna Denotatif dan Konotatif :Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
- Makna Konseptual dan Makna Asosiatif : Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
- Makna Kata dan Makna Istilah : Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan. Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
- Makna Idiomatikal dan Peribahasa : Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa .
- Makna Kias dan Lugas : Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
Agar dapat menghasilkan cerita yang
menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat,
seperti :
- Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
- Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
- Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Contoh Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke
pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air
sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2). Liburan tahun ini Aku dan
kawanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu
tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak
henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah
untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana,
kami pulang.
1.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam
alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan
apa adanya. Denotatif adalah
suatu pengertian yang terkandung
sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna
konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut,
dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna
asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi,
dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan
dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
2.
Makna Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata
khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
-Makin luas ruang-lingkup suatu
kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka semakin terbuka
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
-Makin sempit ruang-lingkupnya,
makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham
dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara
tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih
luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak
seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas.
Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan
kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele,
tawes, dan ikan mas.
3.
Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah
diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air,
cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap
panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika
kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan.
Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4.
Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih
yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan.
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil
contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut
tidak persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan
dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
5.
Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata
logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi
khusus.
http://bomy08.blogspot.com/2012/10/pengertiankriteriadan-macam-macam-diksi.html,
(Pada 9 Oktober 2015 pukul 14.00 WIB)
(Pada 9 Oktober 2015 pukul 14.00 WIB)
(Pada 9 Oktober 2015 pukul 14.10
WIB)
(Pada 9 Oktober 2015 pukul 14.15
WIB)
http://astutimulefa.blogspot.com/2010/03/diksi.html
(Pada 9 Oktober 2015 pukul 14.25 WIB)
(Pada 9 Oktober 2015 pukul 14.28
WIB)
Komentar
Posting Komentar