Teknik Penulisan Karya Ilmiah
KONVENSI NASKAH
Dalam pembuatan naskah yang baik tergantung dari kerangka karangan yang
telah digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang telah dilakukan
kemudian. Perincian dari kerangka karangan akan menghasilkan suatu bab-bab dan
sub-sub bab. Dari bab-bab dan sub-sub bab ini akan menghasilkan pokok-pokok
pikiran atau gagasan utama dalam sebuah paragraf atau alinea.
Dalam pembuatan naskah yang baik juga kita harus memperhatikan struktur
kalimat dan pilihan kata (diksi) yang dibuat sedemikian rupa, sehingga apa yang
kita tulis itu jelas, teratur dan menarik.
Namun, ada hal yang lebih penting dari semua hal yang telah diuraikan di
atas. Sebuah karangan juga menuntut suatu persyaratan lain yaitu persyaratan formal;
bagaimana supaya bentuk atau wajah dari karangan itu, sehingga kelihatan tampak
lebih indah dan menarik. Persyaratan formal ini meliputi bagian-bagian
pelengkap dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti dalam dunia kepenulisan.
Semua persyaratan ini secara umum disebut dengan konvensi naskah.
Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan
yang sudah lazim, dan sudah disepakati.[1]
Dari segi persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi karya yang
dilakukan secara formal, semi-formal, dan non-formal.[2]
Yang dimaksud dengan formal
adalah bahwa suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh
konvensi. Sebaliknya, semi-formal yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi
semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Sedangkan non-formal yaitu
bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat formalnya.
SYARAT FORMAL PENULISAN
SEBUAH NASKAH
Dalam menyusun
sebuah karangan perlu adanya pengorganisasian karangan. Pengorganisasian
karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan
karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar,
cermat, logis: penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara
memadai; dan format pengetikan yang sistematis.
Persyaratan
formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga
bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian
pelengkap penutup.
Unsur-unsur dalam Penulisan Sebuah Karangan:
A.
Bagian Pelengkap Pendahuluan
a.
Judul Pendahuluan (Judul Sampul)
b.
Halaman Judul
c.
Halaman Persembahan (kalau ada)
d.
Halaman Pengesahan (kalau ada)
e.
Kata Pengantar
f.
Daftar Isi
g.
Daftar Gambar (kalau ada)
h.
Daftar Tabel (kalau ada)
B.
Bagian Isi Karangan
a.
Pendahuluan
b.
Tubuh Karangan
c.
Kesimpulan
C.
Bagian Pelengkap Penutup
a.
Daftar Pustaka (Bibliografi)
b.
Lampiran (Apendix)
c.
Indeks
d.
Riwayat Hidup Penulis
A. Bagian
Pelengkap Pendahuluan
Bagian pelengkap
pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali
tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan
informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu
dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik.
a.
Judul Pendahuluan (Judul Sampul) dan Halaman Judul
Judul
pendahuluan adalah nama karangan. Halaman judul pendahuluan tidak mengandung
apa-apa kecuali mencantumkan judul karangan atau judul buku. Judul karangan
atau judul buku ditulis dengan huruf kapital. Biasanya letaknya di tengah
halaman agak ke atas. Namun, variasi-variasi lain memang kerap sekali
dijumpai. Dalam pembuatan sebuah makalah atau skripsi, halaman judul
mencantumkan nama karangan, penjelasan adanya tugas, nama pengarang (penyusun),
kelengkapan identitas pengarang (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen),
nama unit studi (unit kerja), nama lembaga (jurusan, fakultas, unversitas),
nama kota, dan tahun penulisan.
Untuk memberikan
daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai
berikut:





Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada halaman judul:
þ
Judul
diketik dengan huruf kapital, misalnya:
UPAYA MENGATASI KEMISKINAN PADA
MASYARAKAT
PEMUKIMAN KUMUH
DI
KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA
TIMUR
þ
Penjelasan
tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya:
Makalah ini Disusun untuk
Melengkapi Ujian Akhir
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Semester Ganjil 2009
Atau
Skripsi ini Diajukan untuk
Melengkapi Ujian Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma
þ
Nama
penulis ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk
Mahasiswa (NIM), misalnya:
ANASTASIA INDRIANI
10709234
þ
Logo
universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi; makalah ilmiah tidak
diharuskan menggunakan logo.
þ
Data
institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas,
nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital, misalnya:
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2008
Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul
karangan formal:
1.
Komposisi tidak menarik.
2.
Tidak estetik.
3.
Hiasan gambar tidak relevan.
4.
Variasi huruf jenis huruf.
5.
Kata “ditulis (disusun) oleh.”
6.
Kata “NIM/NRP.”
7.
Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi.
8.
Kata-kata yang berisi slogan.
9.
Ungkapan emosional.
10. Menuliskan
kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.
b. Halaman
Persembahan
Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini,
maka hal itu semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini
jarang melebihi satu halaman, dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja,
misalnya:
Kutulis novel ini
dengan cahaya cinta
untuk mahar menyunting
belahan jiwa,
Muyasaratun Sa’idah binti
KH. Muslim Djawahir, alm.
Rabbana hab lanaa min
azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa
Qurrata a’yuni waj’alnaa lil
muttaqiina imaama. Amin.[3]
Bila penulis menganggap perlu memasukkan persembahan ini, maka
persembahan ini ditempatkan berhadapan dengan halaman belakang judul buku, atau
berhadapan dengan halaman belakang cover buku, atau juga menyatu dengan halaman
judul buku.
c. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian bahwa karya ilmiah yang
telah ditanda-tangani oleh pembimbing, pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah
memenuhi persyaratan administratif sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan
biasanya digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan
makalah ilmiah, dan karangan lainnya (baik non-fiksi maupun fiksi) tidak
mengharuskan adanya halaman pengesahan. Penyusunan pengesahan ditulis dengan
memperhatikan persyaratan formal urutan dan tata letak unsur-unsur yang harus
tertulis di dalamnya.
Judul skripsi seluruhnya ditulis dengan huruf kapital pada posisi tengah
antara margin kiri dan kanan. Nama lengkap termasuk gelar akademis pembimbing
materi/teknis, pembaca/penguji, dan ketua program jurusan ditulis secara benar
dan disusun secara simetri kiri-kanan dan atas-bawah. Skripsi diajukan kepada
sidang penguji akademis setelah disetujui oleh pembimbing dan pembaca/penguji.
Penulis skripsi dinyatakan lulus jika skripsinya telah diuji di hadapan sidang
terbuka/tertutup dan telah ditanda-tangani oleh semua nama yang tercantum dalam
halaman pengesahan. Nama kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua
jurusan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
1.
Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.
2.
Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.
3.
Tulisan melampaui garis tepi.
4.
Menulis nama tidak lengkap.
5.
Menggunakan huruf yang tidak standar.
6.
Tidak mencantumkan gelar akademis.
d. Kata
Pengantar
Kata pengantar
fungsinya sama dengan sebuah surat pengantar. Kata pengantar adalah bagian
karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis sebuah karangan. Setiap
karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi, makalah, atau
laporan formal ilmiah harus menggunakan kata pengantar. Di dalamnya disajikan
informasi sebagai berikut:
v
Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
v
Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah
(untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
v
Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah
(untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
v
Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan
dari seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga.
v
Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok
orang, atau organisasi/lembaga yang membantu.
v
Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan
nama lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda-tangan.
v
Harapan penulis atas karangan tersebut.
v
Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima
kritik dan saran.
Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah. Sifatnya
formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dengan Bahasa
Indonesia yang baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi
karangan, atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan, tubuh karangan,
dan kesimpulan. Sebaliknya, apa yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak
ditulis ulang dalam isi karangan.
Hal-hal yang
harus dihindarkan:
W
Menguraikan isi karangan.
W
Mengungkapkan perasaan berlebihan.
W
Menyalahi kaidah bahasa.
W
Menunjukkan sikap kurang percaya diri.
W
Kurang meyakinkan.
W
Kata pengantar terlalu panjang.
W
Menulis kata pengantar semacam sambutan.
W
Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf,
diksi, dan tanda baca tidak efektif.
e. Daftar
Isi
Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar
isi karangan ilmiah secara lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan
riwayat hidup penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan.
Daftar isi berfungsi untuk merujuk nomor halaman judul bab, sub-bab, dan unsur-
unsur pelengkap dari sebuah buku yang bersangkutan. Daftar isi disusun secara
konsisten baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab dan judul
sub-sub bab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan.
f.
Daftar
Gambar
Bila dalam buku itu terdapat gambar-gambar, maka setiap gambar yang
tercantum dalam karangan harus tertulis didalam daftar gambar. Daftar gambar
menginformasikan: judul gambar, dan nomor halaman.
g. Daftar
Tabel
Bila dalam buku
itu terdapat tabel-tabel, maka setiap tabel yang tertulis dalam karangan harus
tercantum dalam daftar tabel. Daftar tabel ini menginformasikan: nama tabel dan
nomor halaman.
B. Bagian
Isi Karangan
Bagian isi
karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat
dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri.
- Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab I karangan. Tujuan utama pendahuluan adalah
menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang
dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan
terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah,
landasan teori, dan metode pembahasan. Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan
pembaca kepada materi yang akan dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau
diuraikan dalam bab kedua sampai bab terakhir.
Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok
yang harus tertuang dalam masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:
1) Latar belakang
masalah, menyajikan:





2) Tujuan penulisan
berisi:



3) Ruang lingkup
masalah berisi:



4) Landasan teori
menyajikan:


5) Sumber data
penulisan berisi:





6) Metode dan teknik
penulisan berisi:


7) Sistematika
penulisan berisi:


- Tubuh Karangan
Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi
sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang
dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah terletak
segala masalah yang akan dibahas secara sistematis.
Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:
1)
Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas
mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan
yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data
primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis
atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat
mendukung ketuntasan pembenaran.
2)
Kejelasan uraian/deskripsi:
Ø
Kejelasan konsep:
Konsep adalah
keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam
suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab, dari sub-bab
ke detail yang lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan
dan koherensial, terutama dalam menganalisis, menginterpretasikan (manafsirkan)
dan menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis
perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi,
teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
Ø
Kejelasan bahasa:
Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya.
Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada
kata konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fiksi, kata
konotatif atau kata kias sangat diperlukan)
Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan struktur
kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kalimat efektif,
menggunakan koordinatif dan subordinatif secara benar.
Kejelasan makna
paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat paragraf: kesatuan pikiran,
kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti, paralelisme, kata transisi),
dan menggunakan pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran yang logis
(induktif, deduktif, kausal, kronologis, spasial).
Ø
Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:
Kejelasan penyajian
fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain: penyajian dari umum
ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses.
Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan,
tabel, diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus
diperhatikan kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):
N
Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya
pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas
ini dengan menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium
membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
N
Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi,
penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas,
alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian
dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang
tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi
yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai
dengan judul.
- Kesimpulan
Kesimpulan atau
simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga
merupakan bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki
cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian
penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun
sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat
pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua
cara:
µ
Dalam tulisan-tulisan yang bersifat
argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam
bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh
karangan itu.
µ
Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup
disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam
tubuh karangan itu.
C. Bagian
Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap
penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah.
a. Daftar
pustaka (Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki
dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar
yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai
pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
ö
Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan
menggunakan koma.
ö
Tahun terbit.
ö
Judul buku: penulisannya bercetak miring.
ö
Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan
penerbit..
ö
Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul
artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal:
Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)
Keterangan:
·
Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama
pengarang kedua tidak perlu dibalik.
·
Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga
itu yang dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
·
Jika buku itu merupakan editorial (bunga
rampai), nama editor yang dipakai dan di belakangnya diberi keterangan ed.
‘editor’
·
Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
·
Daftar pustaka disusun secara alfabetis
berdasarkan urutan huruf awal nama belakang pengarang.
b. Lampiran
(Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya
terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan
suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru,
maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai,
cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan
sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar
tidak mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.
c. Indeks
Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan
disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman
yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk
memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.
d. Riwayat
Hidup Penulis
Buku, skripsi,
tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut
daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan
penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat
tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan
karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.
Daftar Pustaka :
§
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa
Indah, 1994.
§
HS, Widjono. BAHASA INDONESIA Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
§
Maryani, Yani, dkk. Intisari Bahasa dan
Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
§
Ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19584/Konvensi+Naskah.doc
[1] Widjono HS, BAHASA INDONESIA Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Jakarta : PT. Grasindo, 2007), hal. 268.
[2] Prof.
DR. Gorys Keraf, KOMPOSISI (Jakarta: Nusa Indah, 1994), hal. 229.
[3] Contoh halaman persembahan diambil dari novel Ayat-ayat
Cinta, buah karya dari Habiburrahman El- Shirazy.
[4] Dra.
Yani Maryani, dkk. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia
(Bandung :
Pustaka Setia, 2005), hal. 17.
Komentar
Posting Komentar