Apa itu Batu Empedu ?
Empedu adalah cairan yang diproduksi oleh liver, disimpan dan dipekatkan dalam kantong empedu. Setiap hari tubuh kita menghasilkan 0,5 – 1 liter empedu, sedangkan kapasitas kantong empedu ialah sekitar 50 ml. Cairan empedu diperlukan untuk mencernakan lemak dalam makanan, pada saat kita makan, kantong empedu akan mengerut, memompakan cairan empedu melewati saluran-saluran empedu masuk ke usus duabelas jari untuk mencernakan lemak.
Cairan empedu terdiri dari air, kolesterol, lemak, garam
empedu, protein dan bilirubin (pigmen empedu). Yang berperan mencernakan
lemak ialah garam empedu, sedangkan pigmen bilirubin menyebabkan empedu dan
tinja bewarna kuning kehijauan
Batu empedu akan terbentuk bila cairan empedu yang
tersimpan di kantong empedu mengendap dan mengeras menjadi butir batu.
Pengendapan ini dapat terjadi akibat pembentukan komponen empedu
(kolesterol atau pigmen empedu) meningkat atau karena pengosongan kandung
empedu terhambat.
1. Batu kolesterol.
2. Batu berpigmen/batu bilirubin.
Menurut statistik, batu kolesterol lebih
banyak ditemukan di benua Eropah, sedangkan orang Asia lebih banyak menderita
batu bilirubin.
Apa penyebab batu empedu ?
Batu empedu akan terjadi kalau :
1. Kadar komponen cairan empedu meningkat.
2. Ada hambatan pengosongan kandung empedu yang
berkepanjangan sehingga memungkinkan cairan empedu mengendap dan membatu.
Para ahli menduga batu kolesterol terjadi
akibat cairan empedu mengandung terlalu banyak kolesterol, sedikit garam empedu
dan ada hambatan pengosongan kandung empedu. Batu bilirubin
lebih sering terjadi pada penderita penyakit sel darah merah yang disebut sickle
cell anemia dimana produksi bilirubin berlebihan, penyebab lain
ialah infeksi saluran empedu dan sirosis hepatis (penyakit liver
menahun).
Faktor-faktor yang telah diketahui berperan
dalam pembentukan batu empedu ialah :
1.
Usia, makin lanjut
usia makin sering.
2. Jenis kelamin, wanita lebih banyak dari laki.
3. Kegemukan.
4. Diabetes mellitus.
5. Penurunan berat badan yang terlalu cepat, karena mobilisasi lemak akan menyebabkan liver membuang banyak kolesterol ke dalam empedu.
6. Puasa berkepanjangan (lebih dari 5 hari). Puasa akan mengurangi pergerakan dan pengosongan kandung empedu, sehingga empedu lebih mengental dan mudah mengendap
7. Hormon estrogen. Peningkatan estrogen pada kehamilan, pemakaian pil KB, peserta terapi sulih hormon. Hal ini disebabkan estrogen selain meningkatkan kadar kolesetrol dalam empedu juga mengurangi kontrakasi kandung empedu.
8. Obat-obatan. Khusunya obat-obatan golongan fibrate yang dipakai untuk menurunkan lemak darah, karena obat tersebut meningkat pembuangan kolesterol dan trigliserid ke dalam empedu.
3. Kegemukan.
4. Diabetes mellitus.
5. Penurunan berat badan yang terlalu cepat, karena mobilisasi lemak akan menyebabkan liver membuang banyak kolesterol ke dalam empedu.
6. Puasa berkepanjangan (lebih dari 5 hari). Puasa akan mengurangi pergerakan dan pengosongan kandung empedu, sehingga empedu lebih mengental dan mudah mengendap
7. Hormon estrogen. Peningkatan estrogen pada kehamilan, pemakaian pil KB, peserta terapi sulih hormon. Hal ini disebabkan estrogen selain meningkatkan kadar kolesetrol dalam empedu juga mengurangi kontrakasi kandung empedu.
8. Obat-obatan. Khusunya obat-obatan golongan fibrate yang dipakai untuk menurunkan lemak darah, karena obat tersebut meningkat pembuangan kolesterol dan trigliserid ke dalam empedu.
Apakah gejala batu empedu ?
Gejala batu empedu sering timbul mendadak,
biasanya timbul setelah pesta makanan yang kaya lemak, di kalangan kedokteran
disebut “colic” dan berupa :
1. Nyeri diperut kanan atas, makin lama makin
parah, berlangsung beberapa jam.
2. Nyeri di punggung antara dua tulang belikat.
3. Nyeri di bahu kanan.
4. Nyeri di daerah lambung, sehingga sering
diduga sakit maag.
5. Mual dan muntah.
6. Kembung, bersendawa terus.
7. Bila disertai radang kantong empedu
(Cholecystitis), akan disertai demam dan menggigil.
8. Mata dan kulit menjadi kuning serta tinja yang
berwarna abu-abu.
Sebanyak 80% penderita batu empedu tidak
mempunyai keluhan, keadaan ini disebut “silent tone”. Kalau tidak
mengganggu fungsi kandung empedu, liver, atau organ sekitarnya maka batu ini
umumnya tak memerlukan pengobatan, cukup observasi berkala.
Bagaimana Mengetahui ada batu empedu ?
“Silent stone” biasanya diketemukan secara
kebetulan waktu check up rutin atau saat pemeriksaan untuk penyakit lain.
Pada penderita yang menunjukkan tanda yang mencurugakan ada batu empedu maka
pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG), atau foto rongent khusus kantong
empedu (cholecystography) dapat memastikan adanya batu empedu tsb (termasuk
letak, ukuran dan jumlahnya).
Apakah komplikasi batu empedu ?
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain, infeksi kantong
empedu (choloecystitis) sampai pernanahan, kantong empedu pecah tertembus,
radang liver (hepatitis) dan radang kelenjar pankreas akibat sumbatan saluran
empedu yang berkepanjangan.
Bagaimana pengobatan batu empedu ?
Tindakan pembedahan (cholecystectomy) adalah
pilihan terbaik untuk batu empedu yang telah menimbulkan gangguan.
Umumnya batu yang telah berukuran > 3 cm atau yang telah di sertai
pengapuran kantong empedu, memerlukan pengobatan operatif.
Teknik operasi ada dua macam :
1. Laparoscopic cholecystectomy.
1. Laparoscopic cholecystectomy.
Teknik ini hanya membuat beberapa sayatan
kecil di dinding perut, dengan alat khusus kantong empedu dipotong dan dibuang.
Karena luka relatif kecil maka penderita cukup dirawat singkat 1 hari dan sudah
bisa kerja kembali setelah 7 hari. Hanya saja teknik ini memerlukan
ketrampilan khusus, dan tidak selalu berhasil.
2. Cholecystectomy terbuka.
Dimana dilakukan sayatan panjang sekitar 15 –
20 cm di dinding perut. Secara teknik lebih mudah, hanya saja pasien
perlu dirawat lebih lama.
Untuk batu yang terperangkap dalam saluran
empedu, selain operasi terbuka, terdapat tindakan pemeriksaan dan
operatif khusus yang disebut ERCP (Endoscopic Retrograde
CholangioPancreatography), dimana dokter akan memasukkan selang kedalam
lambung (endoskop), kemudian dengan tuntunan kamera dan monitor, lokasi batu
dapat diketahui sehingga batu empedu akan dikeluarkan dengan baik dan aman.
Adakah cara pengobatan non-operatif ?
Pengobatan non-operatif adalah keadaan
istimewa dan hanya dipertimbangkan kalau :
1. Kondisi penderita sangat serius sehingga
operasi tidak dimungkinkan.
2. Hanya untuk batu kolesterol yang belum
mengalami pengapuran.
3. Ukuran batu masih dibawah 2 cm.
Adapun obat yang sering dipakai ialah
Ursodeoxycholic acid, di apotik dikenal dengan nama Urdafalk, obat
ini selain mengurangi produksi dan sekresi cholesterol oleh liver,
mengurangi penyerapan cholesterol di usus juga diduga dapat melarutkan
butir-butir cholesterol di permukaan batu. Obat harus diminum teratur
untuk jangka waktu beberapa tahun. Hanya saja dengan pengobatan
non-operatif, batu biasanya mudah kambuh kembali.
Apakah pembuangan kandung empedu tidak
berdampak negatif ?
Tidak atau lebih tepat jarang. Beruntung
sekali bahwa kantong empedu bukan organ tubuh yang esensial. Tindakan
pembuangan kantong empedu tidak akan mengganggu proses pencernaan dan
penyerapan, hanya saja karena cairan empedu yang dibuat liver tidak ditampung
lagi dan langsung dicurahkan ke dalam usus halus, maka dilaporkan ada penderita
yang mudah terserang diare.
Referensi :
Dokita-Dokter Kita, http://dokita.co/blog/apakah-batu-empedu/
(diakses 16 Maret 2016 pukul 03.00 am)
http://penyakitbatuempedu.com/ (diakses 18 Maret 2016 pukul 03.10 am)
Komentar
Posting Komentar