KOMUNIKASI, ORGANSASI, DAN KEPEMIMPINAN
PENGERTIAN
KOMUNIKASI
Dalam
kehidupan sehari-hari, komunikasi sering dilakukan yang merupakan kebutuhan
yang mendasar bagi setiap manusia. Komunikasi secara verbal (lisan) terjadi
pada saat seseorang dengan orang lain saling menyampaikan pesan/berdekatan ,
tetapi apabila berada dalam jarak yang jauh dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara untuk berkomunikasi. Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris
yakni communication. Pada dasarnya, secara etimologis kata komunikasi berasal
dari bahasa Latin yaitu communication yang bersumber pada kata communis berarti
milik bersama atau membagi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
membangun pengertian dan kebersamaan sedangkan secara terminologis, kata
komunikasi merujuk pada proses penyampaian suatu pernyataan oleh pihak satu
kepada pihak lain. Pengertian Komunikasi merupakan suatu proses ketika
seseorang dengan orang lain saling menyampaikan informasi dari satu pihak ke
pihak lain/banyak pihak agar dapat terhubung dengan lingkungan sekitarnya.
Pengertian
Komunikasi menurut para ahli
William
J. Seller menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses dimana simbol
verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Raymond
Ross menyatakan bahwa Pengertian
Komunikasi adalah proses menyortir, memilih dan pengiriman simbol-simbol
sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari
pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Carl
I. Hovland menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah suatu proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
Onong
Uchjana Effendy menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
berpendapat, mengubah sikap atau perilaku baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
Colin
Cherry menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak
saling menggunakan informasi untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi
merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan
pembangkitan balasannya.
Forsdale
menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem
dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang
dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
Everett
M. Rogers menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses suatu ide
dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.
Ruben
dan Steward menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi mengenai manusia merupakan
proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi
dengan lingkungan satu sama lain.
UNSUR-UNSUR
KOMUNIKASI
Komunikasi
antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini
bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
Sumber,
Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang,
tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau
lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
Pesan,
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,
informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara,
2008;22-24).
Media,
Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah
pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima
pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan
menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan
tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas
empat macam, yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi)
media yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media
kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari 15
orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok,
misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk
membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar
adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi
tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status
peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media
komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar,
rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa
diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media
massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti
surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
Penerima,
Penerima adalah pihak yang menjadi
sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok,
partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah,
seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut
audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan
penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak
ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima
oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
Pengaruh
atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan,
sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Hafied Cangara,
2008;22-27).
MENYALURKAN
IDE DALAM KOMUNIKASI
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang
bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa
menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan
perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita
(sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun
tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah
solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan
tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang
kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
Ide
(gagasan) => Si Sender
Perumusan
Dalam
perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Penyaluran
(Transmitting)
Penyaluran
ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Tindakan
Dalam
tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi
dilaksanakan.
Pengertian
Dalam
pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi
ide si receiver.
Penerimaan
Penerimaan
ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam
membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka
membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah
dan tujuan organisasi.
Agar
tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting
dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga
koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu
keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana
terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan
suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan
ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan
keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam
akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan
dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan
atau lingkungan organisasi.
HAMBATAN
DALAM KOMUNIKASI
Gangguan
atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan
hambatan eksternal , yaitu:
A. Hambatan internal, adalah hambatan yang
berasal dari dalam diri
individu
yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang
mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi.
Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat
melakukan komunikasi dengan baik.
B. Hambatan eksternal, adalah hambatan
yang berasal dari luar individu yang terkait
dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya,
suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi
tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang
sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Upaya
Dalam Mengatasi Hambatan komunikasi
Ada
beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:
1.
Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan
balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal,
kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2.
Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik. Setiap
individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang
psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang
dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi.
3.
Gunakan komunikasi langsung (face to face), Komunikasi langsung dapat mengatasi
hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat
memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal. Disamping kata-kata yang
selektif dapat pula digunakan kontak mata, mimik wajah, bahasa tubuh lainnya
dan juga meta-language (isyarat diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih
berdaya guna.
4.
Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan hendaknya
dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar
dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat sederhana (kanonik) karena kalimat
yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.
KLASIFIKASI
KOMUNIKASI DLM ORGANISASI
Klasifikasi
Komunikasi Dalam Organisasi
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
b. Komunukasi Tertulis
c. Komunikasi Verbal
d. Komunikasi Non Verbal
2. Dari segi arahnya:
a. Komunikasi Ke atas
b. Komunikasi Ke bawah
c. Komunikasi Diagonal Keatas
d. Komunikasi Diagonal Kebawah
e. Komunikasi Horizontal
f. Komunikasi Satu Arah
g. Komunikasi Dua Arah
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
c. Kelompok Lawan Kelompok
4. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal
FAKTOR-FAKTOR
PERUBAHAN ORGANISASI
Secara
garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu:
Faktor
ekstern,
Faktor
intern.
Faktor Ekstern
Adalah
penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan.
Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan
perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya,
perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu.
Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah
perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan.
Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern
menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas
dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan,
system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang
ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan
IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi
baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan
perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan
teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup
survive.
Faktor
Intern
Adalah
penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang
dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
- Problem hubungan antar anggota,
- Problem dalam proses kerja sama,
- Problem keuangan.
Hubungan
antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim
terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan
bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan
sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal).
Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut
pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan
system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan,
atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb.
Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan
organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga
sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena
terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti
ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang
digunakan.
Problem
yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada
umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses
kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah
system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang
digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat
menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku)
menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan
rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian
sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang
digunakan.
Perlengkapan
yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan
peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
PROSES
PERUBAHAN ORGANISASI
Proses
terjadinya suatu perubahan di dalam organisasi meliputi enam tahap, hal ini
diungkapkan oleh L.C. Megginson, Donald C.M. dan Paul H.P.,Jr. seperti dikutip
oleh T.Hani Handoko. Adapun tahap-tahap tersebuat adalah sebagai berikut:
1) Tekanan dan Desakan.
Pada
tahap ini manajemen tingkat atas mulai merasakan adanya masalah, tekanan,
desakan dan kebutuhan akan suatu perubahan. Hal ini ditandai dengan adanya
penurunan produktivitas, volume penjualan dan laba, perputaran tenaga kerja
tinggi dan kalahnya persaingan produk dipasaran, dan sebagainya.
2) Intervensi dan Reorientasi.
Setelah
merasakan adanya tekanan dan desakan, para manajer mulai mencoba berusaha
menyelesaikannya dengan mencari dan menentukan serta merumuskan permasalahan,
untuk itu mereka biasanya menyewa seseorang atau beberapa konsultan atau bisa
juga pihak internal (karyawan perusahaan) sebagai pengantar perubahan.
3) Diagnosa dan Pengenalan Masalah.
Pada
tahap ini pengantar perubahan mulai mengumpulkan berbagai informasi (data),
kemudian menganalisanya. Masalah yang paling penting dikenali dan diperhatikan
untuk dipecahkan.
4) Penemuan dan Komitmen penyelesaian
Pada
tahap ke empat ini, pengantar perubahan dan merangsang pemikiran, kretivitas
serta mulai meninggalkan “metode-metode kerja lama”, menggantinya dengan
mtode-metode baru yang lebih afektif. Begitu juga untuk penyesuaian dibuatlah
rencana program-program latihan, keterampilan, peningkatan wawasan, dll.
5) Percobaan dan Pencarian Hasil.
Setelah
alternatif terbaik untuk penyelesaian ditemukan dan dikembangkan, selanjutnya
diadakan percobaan penerapannya untuk diketahui hasilnya.
6) Penguatan dan Penerimaan.
Pada
tahap ini, setelah penerapan program-program kegiatan dalam rangka penyesuaian
dengan perubahan ataupun pengembangannya telah berhasil dan sesuai dengan
keinginan, maka kegiatan untuk perubahan tersebut diusahakan harus diterima
oleh para karyawan dan menjadi penguat yang dapat mengikat semua karyawan pada
perubahan.
CIRI-CIRI
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Suatu
strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah keyakinan,
sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi
dengan teknologi baru, pemasaran dan tantangan, dan tingkat yang memusingkan
perubahan itu sendiri. Maka Pengembangan organisasi yang efektif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan strategi terencana dalam
mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan
diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2. Merupakan kolaborasi antara berbagai
pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
3. Menekankan cara-cara baru yang diperlukan
untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam
organisasi.
4. Mengandung nilai humanistik dimana
pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan pendekatan komitmen sehingga
selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi
antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
6. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya
meningkatkan efektivitas organisasi.
Bila
selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok,
maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning
organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai :
organisasi
yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola
pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber
daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang
selalu berubah.
METODE
PERUBAHAN DAN
PENGEMBANGAN
ORGANISASI
Ada
berbagai teknik yang dirancang para ahli, dengan tujuan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi serta bekerja secara efektif, antar-individu maupun
antar-kelompok dalam organisasi. Beberapa teknik yang sering digunakan berikut
ini.
1. Sensitivity training, merupakan teknik OD
yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini
sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang
masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih)
membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain,
serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
2. Team Building, adalah pendekatan yang
bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok
kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama
dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
3. Survey feedback. Dalam teknik sruvey
feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur
persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya
kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta,
termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian
dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan
dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
4. Transcational Analysis (TA). TA
berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan
pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan
menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk
dan menyesatkan.
5. Intergroup activities. Fokus dalam teknik
intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik
antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan
organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities
dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin timbul
akibat saling ketergantungan tersebut.
6. Proses Consultation. Dalam Process
consultation, konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan ,
gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit
organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang
terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan
koreksi.
7. Grip OD. Pendekatan grip pada
pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan
oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan
mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang
berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
8. Third-party peacemaking. Dalam menerapkan
teknik ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan
berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk
memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
MACAM
MACAM TIPE KEPEMIMPINAN
1.
Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan
Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan
paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka
bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan
atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap
maha tahu dan maha benar.
Sedangkan
tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai
kasih sayang yang berlebih lebihan.
3.
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe
kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak
menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3)
sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari
bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4.
Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan
otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan
dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan
kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi
yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara
absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
(10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5.
Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.
TEORI-TEORI
DALAM KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
Teori
ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang
berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin
menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
· pengetahuan umum yang luas, daya ingat
yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan;
· sifat inkuisitif, rasa tepat waktu,
rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian,
sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas
integratif;
· kemampuan untuk bertumbuh dan
berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan
yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun
teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku
seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku
pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada
sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya
ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan
model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua
dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan
kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan
dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
3. Teori Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
· Jenis pekerjaan dan kompleksitas
tugas;
· Bentuk dan sifat teknologi yang
digunakan;
· Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
· Norma yang dianut kelompok;
· Rentang kendali;
· Ancaman dari luar organisasi;
· Tingkat stress;
· Iklim yang terdapat dalam organisasi.
REFERENSI
:
http://isma-ismi.com/pengertian-komunikasi.html
http://amirlahjeni.wordpress.com/2012/03/30/unsur-unsur-komunikasi
http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/19/bagaimana-menyalurkan-ide-melalui-komunikasi/
http://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/hambatan-komunikasi/
http://rosdianya.wordpress.com/2011/12/20/klasifikasi-komunikasi-dalam-organisasi/
PENGERTIAN
KOMUNIKASI
Dalam
kehidupan sehari-hari, komunikasi sering dilakukan yang merupakan kebutuhan
yang mendasar bagi setiap manusia. Komunikasi secara verbal (lisan) terjadi
pada saat seseorang dengan orang lain saling menyampaikan pesan/berdekatan ,
tetapi apabila berada dalam jarak yang jauh dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara untuk berkomunikasi. Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris
yakni communication. Pada dasarnya, secara etimologis kata komunikasi berasal
dari bahasa Latin yaitu communication yang bersumber pada kata communis berarti
milik bersama atau membagi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
membangun pengertian dan kebersamaan sedangkan secara terminologis, kata
komunikasi merujuk pada proses penyampaian suatu pernyataan oleh pihak satu
kepada pihak lain. Pengertian Komunikasi merupakan suatu proses ketika
seseorang dengan orang lain saling menyampaikan informasi dari satu pihak ke
pihak lain/banyak pihak agar dapat terhubung dengan lingkungan sekitarnya.
Pengertian
Komunikasi menurut para ahli
William
J. Seller menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses dimana simbol
verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Raymond
Ross menyatakan bahwa Pengertian
Komunikasi adalah proses menyortir, memilih dan pengiriman simbol-simbol
sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari
pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Carl
I. Hovland menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah suatu proses yang
memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
Onong
Uchjana Effendy menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
berpendapat, mengubah sikap atau perilaku baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
Colin
Cherry menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak
saling menggunakan informasi untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi
merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan
pembangkitan balasannya.
Forsdale
menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu sistem
dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan tujuan bahwa sinyal-sinyal yang
dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
Everett
M. Rogers menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi adalah proses suatu ide
dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.
Ruben
dan Steward menyatakan bahwa Pengertian Komunikasi mengenai manusia merupakan
proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi
dengan lingkungan satu sama lain.
UNSUR-UNSUR
KOMUNIKASI
Komunikasi
antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini
bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
Sumber,
Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim
ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang,
tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau
lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
Pesan,
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,
informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara,
2008;22-24).
Media,
Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah
pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima
pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan
menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan
tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas
empat macam, yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi)
media yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media
kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari 15
orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok,
misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk
membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar
adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi
adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi
tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi biasanya dalam status
peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari 200-an orang, maka media
komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik. Misalnya rapat akbar,
rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika khalayak tersebar tanpa
diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media
massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada
khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti
surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
Penerima,
Penerima adalah pihak yang menjadi
sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok,
partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah,
seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut
audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan
penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak
ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena
dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima
oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
Pengaruh
atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan,
sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Hafied Cangara,
2008;22-27).
MENYALURKAN
IDE DALAM KOMUNIKASI
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang
bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa
menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan
perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita
(sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun
tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah
solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan
tetapi dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang
kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
Ide
(gagasan) => Si Sender
Perumusan
Dalam
perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Penyaluran
(Transmitting)
Penyaluran
ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Tindakan
Dalam
tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi
dilaksanakan.
Pengertian
Dalam
pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi
ide si receiver.
Penerimaan
Penerimaan
ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam
membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka
membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah
dan tujuan organisasi.
Agar
tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting
dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga
koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu
keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana
terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan
suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan
ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan
keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam
akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan
dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan
atau lingkungan organisasi.
HAMBATAN
DALAM KOMUNIKASI
Gangguan
atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan
hambatan eksternal , yaitu:
A. Hambatan internal, adalah hambatan yang
berasal dari dalam diri
individu
yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang
mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi.
Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat
melakukan komunikasi dengan baik.
B. Hambatan eksternal, adalah hambatan
yang berasal dari luar individu yang terkait
dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya,
suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi
tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang
sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Upaya
Dalam Mengatasi Hambatan komunikasi
Ada
beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:
1.
Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan
balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal,
kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2.
Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik. Setiap
individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang
psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang
dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi.
3.
Gunakan komunikasi langsung (face to face), Komunikasi langsung dapat mengatasi
hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat
memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal. Disamping kata-kata yang
selektif dapat pula digunakan kontak mata, mimik wajah, bahasa tubuh lainnya
dan juga meta-language (isyarat diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih
berdaya guna.
4.
Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan hendaknya
dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar
dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat sederhana (kanonik) karena kalimat
yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.
KLASIFIKASI
KOMUNIKASI DLM ORGANISASI
Klasifikasi
Komunikasi Dalam Organisasi
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
b. Komunukasi Tertulis
c. Komunikasi Verbal
d. Komunikasi Non Verbal
2. Dari segi arahnya:
a. Komunikasi Ke atas
b. Komunikasi Ke bawah
c. Komunikasi Diagonal Keatas
d. Komunikasi Diagonal Kebawah
e. Komunikasi Horizontal
f. Komunikasi Satu Arah
g. Komunikasi Dua Arah
3. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
c. Kelompok Lawan Kelompok
4. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal
FAKTOR-FAKTOR
PERUBAHAN ORGANISASI
Secara
garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu:
Faktor
ekstern,
Faktor
intern.
Faktor Ekstern
Adalah
penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan.
Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan
perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya,
perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu.
Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah
perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan.
Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern
menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas
dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan,
system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang
ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan
IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi
baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan
perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan
teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup
survive.
Faktor
Intern
Adalah
penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang
dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
- Problem hubungan antar anggota,
- Problem dalam proses kerja sama,
- Problem keuangan.
Hubungan
antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem yang lazim
terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan
bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan
sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal).
Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut
pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan
system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan,
atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb.
Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan
organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga
sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena
terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti
ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang
digunakan.
Problem
yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada
umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses
kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah
system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang
digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat
menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku)
menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan
rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian
sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang
digunakan.
Perlengkapan
yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat merupakan
penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan
peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
PROSES
PERUBAHAN ORGANISASI
Proses
terjadinya suatu perubahan di dalam organisasi meliputi enam tahap, hal ini
diungkapkan oleh L.C. Megginson, Donald C.M. dan Paul H.P.,Jr. seperti dikutip
oleh T.Hani Handoko. Adapun tahap-tahap tersebuat adalah sebagai berikut:
1) Tekanan dan Desakan.
Pada
tahap ini manajemen tingkat atas mulai merasakan adanya masalah, tekanan,
desakan dan kebutuhan akan suatu perubahan. Hal ini ditandai dengan adanya
penurunan produktivitas, volume penjualan dan laba, perputaran tenaga kerja
tinggi dan kalahnya persaingan produk dipasaran, dan sebagainya.
2) Intervensi dan Reorientasi.
Setelah
merasakan adanya tekanan dan desakan, para manajer mulai mencoba berusaha
menyelesaikannya dengan mencari dan menentukan serta merumuskan permasalahan,
untuk itu mereka biasanya menyewa seseorang atau beberapa konsultan atau bisa
juga pihak internal (karyawan perusahaan) sebagai pengantar perubahan.
3) Diagnosa dan Pengenalan Masalah.
Pada
tahap ini pengantar perubahan mulai mengumpulkan berbagai informasi (data),
kemudian menganalisanya. Masalah yang paling penting dikenali dan diperhatikan
untuk dipecahkan.
4) Penemuan dan Komitmen penyelesaian
Pada
tahap ke empat ini, pengantar perubahan dan merangsang pemikiran, kretivitas
serta mulai meninggalkan “metode-metode kerja lama”, menggantinya dengan
mtode-metode baru yang lebih afektif. Begitu juga untuk penyesuaian dibuatlah
rencana program-program latihan, keterampilan, peningkatan wawasan, dll.
5) Percobaan dan Pencarian Hasil.
Setelah
alternatif terbaik untuk penyelesaian ditemukan dan dikembangkan, selanjutnya
diadakan percobaan penerapannya untuk diketahui hasilnya.
6) Penguatan dan Penerimaan.
Pada
tahap ini, setelah penerapan program-program kegiatan dalam rangka penyesuaian
dengan perubahan ataupun pengembangannya telah berhasil dan sesuai dengan
keinginan, maka kegiatan untuk perubahan tersebut diusahakan harus diterima
oleh para karyawan dan menjadi penguat yang dapat mengikat semua karyawan pada
perubahan.
CIRI-CIRI
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Suatu
strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah keyakinan,
sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi
dengan teknologi baru, pemasaran dan tantangan, dan tingkat yang memusingkan
perubahan itu sendiri. Maka Pengembangan organisasi yang efektif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan strategi terencana dalam
mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan
diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2. Merupakan kolaborasi antara berbagai
pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
3. Menekankan cara-cara baru yang diperlukan
untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam
organisasi.
4. Mengandung nilai humanistik dimana
pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan pendekatan komitmen sehingga
selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi
antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
6. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya
meningkatkan efektivitas organisasi.
Bila
selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok,
maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning
organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai :
organisasi
yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola
pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber
daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang
selalu berubah.
METODE
PERUBAHAN DAN
PENGEMBANGAN
ORGANISASI
Ada
berbagai teknik yang dirancang para ahli, dengan tujuan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi serta bekerja secara efektif, antar-individu maupun
antar-kelompok dalam organisasi. Beberapa teknik yang sering digunakan berikut
ini.
1. Sensitivity training, merupakan teknik OD
yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini
sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang
masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih)
membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain,
serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
2. Team Building, adalah pendekatan yang
bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok
kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama
dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
3. Survey feedback. Dalam teknik sruvey
feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur
persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya
kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta,
termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian
dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan
dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
4. Transcational Analysis (TA). TA
berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan
pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan
menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk
dan menyesatkan.
5. Intergroup activities. Fokus dalam teknik
intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik
antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan
organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities
dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin timbul
akibat saling ketergantungan tersebut.
6. Proses Consultation. Dalam Process
consultation, konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan ,
gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit
organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang
terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan
koreksi.
7. Grip OD. Pendekatan grip pada
pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan
oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan
mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang
berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
8. Third-party peacemaking. Dalam menerapkan
teknik ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan
berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk
memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
MACAM
MACAM TIPE KEPEMIMPINAN
1.
Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan
Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan
paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka
bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan
atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap
maha tahu dan maha benar.
Sedangkan
tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai
kasih sayang yang berlebih lebihan.
3.
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe
kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak
menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3)
sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari
bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4.
Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan
otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan
dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan
kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi
yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara
absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
(10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5.
Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.
TEORI-TEORI
DALAM KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
Teori
ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin
itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang
berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin
menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
· pengetahuan umum yang luas, daya ingat
yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan;
· sifat inkuisitif, rasa tepat waktu,
rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian,
sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas
integratif;
· kemampuan untuk bertumbuh dan
berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan
yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun
teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar
pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku
seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku
pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada
sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya
ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan
model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua
dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan
kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan
dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
3. Teori Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
· Jenis pekerjaan dan kompleksitas
tugas;
· Bentuk dan sifat teknologi yang
digunakan;
· Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
· Norma yang dianut kelompok;
· Rentang kendali;
· Ancaman dari luar organisasi;
· Tingkat stress;
· Iklim yang terdapat dalam organisasi.
REFERENSI
:
http://isma-ismi.com/pengertian-komunikasi.html
http://amirlahjeni.wordpress.com/2012/03/30/unsur-unsur-komunikasi
http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/19/bagaimana-menyalurkan-ide-melalui-komunikasi/
http://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/hambatan-komunikasi/
http://rosdianya.wordpress.com/2011/12/20/klasifikasi-komunikasi-dalam-organisasi/
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/makalah/PEMBAHASAN%20PEMBAHARUAN%20ORGANISASI.htm
http://biruteknologi.blogspot.com/2014/01/proses-perubahan-organisasi.html
http://ediwibowo88.blogspot.com/2010/05/pendahuluan-1.html
http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4334/w2_3_1_1.htm
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/makalah/PEMBAHASAN%20PEMBAHARUAN%20ORGANISASI.htm
http://biruteknologi.blogspot.com/2014/01/proses-perubahan-organisasi.html
http://ediwibowo88.blogspot.com/2010/05/pendahuluan-1.html
http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4334/w2_3_1_1.htm
Komentar
Posting Komentar